Materi PAI Kelas 9 Beriman kepada Qadha’ dan Qadar Berbuah Ketenangan Hati
Perhatikan teman-teman sekelasmu, mereka berbeda, bukan? Ada yang bertubuh kurus, ada pula yang gemuk, ada yang berambut keriting, ada pula yang berambut lurus. Perbedaan tersebut bukan untuk dijadikan bahan mengolok-olok, tetapi untuk disyukuri dan diambil hikmahnya. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan tersebut bukan untuk disombongkan dan dipamerkan kepada orang lain, tetapi digunakan untuk membantu meringankan beban orang lain. Kelemahan dan keterbatasan jangan sampai membuat rendah diri di hadapan manusia. Karena di balik kelemahan, pasti ada keistimewaan. Sungguh, Allah Swt. telah menciptakan manusia dalam bentuk terbaik dari semua makhluk-Nya.
Allah Swt. menghendaki semua manusia hidup dalam kebaikan dan kebahagiaan. Mustahil Allah Swt. menghendaki keburukan pada hamba- Nya, apalagi hamba-hamba yang taat dan saleh. Oleh karena itu, kita harus berprasangka baik atas semua takdir yang kita terima. Misalnya, saat kita sakit, kita terima dengan sabar, segera ikhtiar dengan berobat. Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk memperbanyak istighfar dan berdoa supaya diberi kesembuhan. Saat sakit itu pula, Allah Swt. menghapus dosa-dosa yang pernah kita lakukan.
Sebagai seorang mukmin, kita wajib beriman kepada qada’ dan qadar. Di antara buah dari beriman kepada qada’ dan qadar adalah berupa ketenangan hati. Hati seseorang yang beriman kepada qada’ dan qadar akan senantiasa tenang dan tidak akan merasa gelisah ketika dirinya ditimpa suatu cobaan, karena ia yakin bahwa segala sesuatu telah ditakdirkan oleh Allah Swt.
Ketenangan hati ini akan menjadikan hidup kita bahagia. Bukankah setiap orang menginginkan kebahagiaan?
1. Pengertian Qada, Qadar, dan Takdir
Secara bahasa, qada’ memiliki beberapa pengertian, yaitu: hukum, keputusan, ketetapan, kehendak. Qadar secara bahasa artinya kepastian, ukuran, kekuasaan, perwujudan kehendak. Secara istilah, qada’ adalah ketetapan Allah terhadap segala sesuatu sejak zaman azali. Zaman azali ialah zaman ketika segala sesuatu belum tercipta. Qadar ialah perwujudan kehendak Allah Swt. terhadap semua makhluk-Nya dalam ukuran dan bentuk-bentuk tertentu sesuai dengan iradah-Nya.
Simaklah hadis di bawah ini yang menjelaskan adanya ketentuan Allah:
Artinya: “Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. katanya: Rasulullah saw. bersabda: Allah Swt. mengutus Malaikat ke dalam rahim. Malaikat berkata: “Wahai Tuhan! Ia masih berupa air mani.” Setelah beberapa waktu Malaikat berkata lagi: “Wahai Tuhan! Ia sudah berupa segumpal darah.” Begitu juga setelah berlalu empat puluh hari Malaikat berkata lagi: “Wahai Tuhan! Ia sudah berupa segumpal daging.” Apabila Allah Swt. membuat keputusan untuk menciptakannya menjadi manusia, maka Malaikat berkata: “Wahai Tuhan! Orang ini akan diciptakan lelaki atau perempuan? Sengsara atau bahagia? Bagaimana rezekinya? Serta bagaimana pula ajalnya?” Segala-galanya dicatat ketika masih di dalam kandungan ibunya. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Hadis di atas menjelaskan bahwa jenis kelamin, sengsara atau bahagia, rezeki, ajal telah ditentukan Allah Swt. sejak manusia berada dalam kandungan ibunya. Ketika seorang manusia terlahir ke dunia ini dan mengalami peristiwa-peristiwa tertentu, berarti ia telah ditakdirkan Allah Swt. seperti peristiwa yang ia alami tersebut. Untuk memperjelas pengertian qada’ dan qadar, perhatikan contoh berikut ini:
Seseorang bernama Elya saat ini belajar di Pondok Pesantren Modern. Sebelum Elya lahir ke dunia, bahkan sejak zaman azali, Allah Swt. telah menetapkan bahwa seorang anak bernama Elya kelak akan belajar di Pondok Pesantren Modern. Ketetapan Allah Swt. sejak zaman azali itulah yang disebut qada, kemudian kenyataan yang terjadi saat ini disebut qadar.Berdasarkan contoh di atas, dapat diketahui bahwa antara qada' dan qadar terdapat hubungan erat dan merupakan satu kesatuan. Qada' merupakan ketentuan, kehendak dan kemauan Allah Swt. sedangkan qadar merupakan perwujudan dari kehendak Allah Swt. Qada' dan qadar biasa dikenal dengan istilah takdir.
Beriman kepada qada’ dan qadar merupakan rukun iman yang keenam. Iman kepada qada’ dan qadar dalam ungkapan sehari-hari lebih dikenal dengan sebutan iman kepada takdir. Iman kepada takdir berarti percaya bahwa segala apa yang terjadi di alam semesta ini, seperti adanya sehat dan sakit, hidup dan mati, rezeki dan jodoh seseorang merupakan kehendak dan ketentuan Allah Swt.
Perhatikan firman Allah dalam Q.S ar-Ra’du/13 ayat 8 berikut ini:
Artinya: “ . . . dan segala sesuatu ada ukuran di sisi-Nya” (Q.S ar-Ra’d/13:8)
Ayat tersebut menegaskan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini telah ditentukan ukurannya oleh Allah Swt. Segala sesuatu yang akan terjadi telah diketahui dan direncanakan oleh Allah Swt. Tak satu pun makhluk-Nya yang mengetahui ketentuan Allah ini. Baik itu dari golongan malaikat, jin maupun manusia, semuanya tak ada yang mengetahui.
Takdir baru dapat diketahui oleh manusia setelah terjadinya sebuah kenyataan atau peristiwa. Contohnya:
a) Seorang anak bernama Ena dilahirkan dari keluarga kaya. Orang tuanya adalah pengusaha minyak sawit yang sukses. Kekayaannya melimpah, semua orang mengenal keluarga tersebut. Hampir semua orang memperkirakan, kelak Ena juga akan kaya seperti kedua orang tuanya.Namun, setelah terjadi gempa bumi yang menghancurkan perusahaan orang tuanya, keluarga Ena tak lagi disebut keluarga kaya. Ditambah lagi orang tuanya ditipu oleh mitra bisnis hingga menanggung hutang ratusan juta. Sisa aset perusahaan dijual seluruhnya untuk membayar hutang. Sekarang, Ena dan keluarganya hidup sederhana. Semua orang tidak menyangka kehidupan keluarga Ena berubah begitu cepat, yang semula kaya berubah menjadi miskin.
b) Anik bercita-cita ingin menjadi guru. Setelah lulus SMA ia kuliah di jurusan pendidikan supaya mendapat gelar sarjana pendidikan.
Semua ini ia lakukan untuk menunjang tercapainya cita-cita tersebut. Setelah lulus kuliah, ternyata ia lebih memilih menjadi pedagang alat-alat elektronik, bukan bekerja sebagai guru.Contoh-contoh tersebut merupakan contoh kecil dari sekian banyak contoh perwujudan takdir Allah Swt. Dari contoh-contoh tersebut kita bisa mengetahui bahwa semua makhluk tidak bisa mengelak dari takdir Allah Swt.
Lalu muncul sebuah pertanyaan: ”Untuk apa kita berikhtiar jika segala sesuatu sudah ditakdirkan Allah Swt. ?” Ketahuilah bahwa meskipun takdir manusia telah ditentukan oleh Allah Swt. , namun tak satu pun yang bisa mengetahuinya sebelum hal itu terjadi. Hal inilah yang menjadikan manusia tetap wajib berusaha untuk meraih yang terbaik. Allah Swt. memberikan jalan kepada manusia untuk menjalani kehidupannya dengan cara ikhtiar sekuat tenaga serta mengiringinya dengan berdoa.
Perhatikan nasihat Rasulullah saw. berikut ini:2. Takdir Muallaq dan Takdir Mubram
Qada' dan qadar atau takdir dibagi dua, yaitu takdir muallaq dan takdir mubram. Berikut adalah penjelasannya.a) Takdir Muallaq
Muallaq secara bahasa artinya sesuatu yang digantungkan. Takdir muallaq yaitu ketentuan Allah Swt. yang mengikut sertakan peran manusia melalui usaha atau ikhtiarnya. Manusia diberi peran untuk berusaha, hasil akhirnya akan ditentukan oleh Allah Swt. Perhatikan Q.S. ar-Ra’d/13:11 berikut ini:
Artinya: “…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri …” (Q.S. ar-Ra’d/13:11)
Berikut ini adalah contoh-contoh takdir mullaq:
1) Kepandaian
Seseorang yang ingin pandai maka harus berusaha meraihnya. Usaha-usaha tersebut antara lain dengan cara rajin belajar dan disiplin membagi waktu.
2) Kesehatan
Seseorang yang ingin sehat harus berusaha dengan cara berolahraga teratur, menjaga kebersihan, menjaga gizi dan pola makan. Jika melakukan usaha-usaha tersebut, tubuh akan sehat.
3) Kemakmuran
Kemakmuran bisa diraih dengan giat bekerja, kreatif, pantang menyerah, rajin menabung, dan hemat.Agar seseorang menjadi pandai, sehat, dan hidup makmur maka harus berusaha meraihnya, bukannya pasrah menunggu nasib. Tidak mungkin seseorang menjadi pandai kalau malas belajar, tidak mungkin seseorang menjadi sehat kalau tidak pernah olah raga, dan tidak mungkin seseorang menjadi kaya kalau malas bekerja. Jadi meskipun Allah Swt. telah menentukan segalanya, manusia tetap harus berusaha mengubah nasibnya.
Seseorang yang beriman kepada qada dan qadar akan tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya ia pantang berpangku tangan, justru sebaliknya, ia akan giat berusaha dan bekerja guna meraih cita-cita. Allah Swt. telah mengkaruniakan beragam potensi kepada manusia untuk digunakan sebagai bekal hidup. Setiap manusia dikaruniai akal untuk berpikir, dan organorgan tubuh untuk bergerak. Allah Swt. juga menciptakan manusia sebagai makhluk paling mulia di antara makhluk-makhluk-Nya.
Oleh karena itu, semua potensi ini harus digunakan untuk berusaha dan ikhtiar meraih cita-cita.
b) Takdir Mubram
Mubram secara bahasa artinya sesuatu yang tidak dapat dielakkan atau sudah pasti. Jadi, takdir mubram adalah ketentuan mutlak dari Allah Swt. yang pasti berlaku dan manusia tidak diberi peran untuk mewujudkannya.Contoh takdir mubram di antaranya jenis kelamin manusia, ajal, panjang/pendek usia, api memiliki sifat panas, bumi berbentuk bulat, gaya gravitasi, kejadian kiamat dan sebagainya. Untuk memperjelas pemahaman takdir mubram, perhatikan contoh berikut ini!
Kapan ajal menjemput, dan di mana tempatnya semua sudah ditentukan oleh Allah Swt. Jika sudah tiba saat ajal menjemput semua orang tidak bisa mengelak, tidak bisa lari, tidak bisa diundur atau dimajukan. Inilah salah satu contoh ketentuan Allah Swt. yang disebut takdir mubram. Perhatikan firman Allah Swt. dalam QS al-A’raf/7:34 berikut ini:
Manfaat Beriman kepada Qada dan Qadar
Seseorang yang beriman kepada qada’ dan qadar akan memperoleh banyak manfaat. Di antaranya sebagai berikut.
a) Menenangkan jiwa
Seseorang yang beriman kepada qada’ dan qadar akan mendapatkan ketenangan jiwa. Hal ini dikarenakan ia merasa senang dan menerima dengan ikhlas atas semua ketentuan Allah Swt. Tidak ada kekhawatiran dalam jiwa. Karena ia meyakini bahwa Allah Swt. senantiasa menghendaki kebaikan pada diri hamba-Nya.b) Senantiasa bersikap sabar dan syukur
Apabila mendapat nikmat, ia akan bersyukur kepada Allah Swt. Ciri orang yang bersyukur yaitu di dalam hatinya merasa cukup atas pemberian Allah Swt. Kemudian, rasa syukur tersebut diwujudkan secara lisan dan perbuatan.Syukur secara lisan yaitu dengan mengucapkan “alhamdulillah”, memperbanyak ibadah, sedekah, serta menggunakan nikmat-nikmat tersebut sesuai kehendak Allah Swt. Orang yang beriman kepada qada’ dan qadar juga akan sabar, pasrah, dan tawakal apabila mengalami kesulitan, kesusahan, terkena musibah, ataupun cobaan.
Bentuk musibah atau cobaan bisa berupa bencana alam, kebakaran, fisik yang lemah, penyakit, kekurangan bahan makanan, dan lain sebagainya. Semua musibah dan cobaan pada hakikatnya bertujuan untuk menguji keimanan seorang hamba. Oleh karena itu, sikap terbaik dalam menghadapi musibah dan cobaan adalah dengan bersabar.
c) Menumbuhkan sifat optimis
Seseorang yang beriman kepada qada dan qadar akan memiliki sifat optimis. Kegagalan meraih cita-cita tidak membuatnya berputus asa, justru sebaliknya makin bersemangat berusaha sekuat tenaga untuk meraihnya. Ia meyakini setiap kegagalan pasti ada pelajaran berharga. Ia akan segera introspeksi diri mencari kelemahan dan kekurangannya. Setelah mengetahui kelemahan dan kekurangan tersebut, ia akan belajar dan berlatih dengan tekun. Di hatinya ada keyakinan bahwa suatu saat cita-cita tersebut pasti tercapai.d) Menjauhkan diri dari sifat sombong
Seseorang yang beriman kepada qada’ dan qadar apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap semua itu adalah karunia Allah Swt. Ia tidak pernah mengatakan semua itu merupakan hasil usahanya sendiri. Ia tetap merasa rendah hati kepada siapa pun.
Rangkuman
1. Qada’ adalah ketetapan Allah Swt. terhadap segala sesuatu sejak zaman azali.
2. Zaman azali adalah zaman di kala segala sesuatu belum tercipta.
3. Qadar ialah perwujudan kehendak Allah Swt. terhadap semua makhluk- Nya dalam kadar dan bentuk-bentuk tertentu sesuai dengan iradah-Nya.
4. Iman kepada takdir berarti percaya bahwa segala apa yang terjadi di alam semesta ini, seperti adanya sehat dan sakit, hidup dan mati, rezeki dan jodoh seseorang merupakan kehendak dan ketentuan Allah Swt.
5. Takdir dibagi menjadi dua, yaitu takdir muallaq dan takdir mubram.
6. Manfaat beriman kepada qada’ dan qadar, yaitu menenangkan jiwa, senantiasa bersikap sabar dan syukur, menumbuhkan sifat optimis, dan menjauhkan diri dari sifat sombong.