Ulasan Puisi "Hidayah Pun Enggan Singgah"
Bagaimana kedudukan penyair menurut pandangan Islam? Ada dua kondisi tentang penyair. Ini digambarkan dalam Al Qur'an Surah Asysyu'ara ayat 224-227.
وَالشُّعَرَآءُ يَتَّبِعُهُمُ الۡغَاوٗنَؕ
"Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat"
اَلَمۡ تَرَ اَنَّهُمۡ فِىۡ كُلِّ وَادٍ يَّهِيۡمُوۡنَۙ
"Tidakkah engkau melihat bahwa mereka mengembara di setiap lembah",
وَاَنَّهُمۡ يَقُوۡلُوۡنَ مَا لَا يَفۡعَلُوۡنَۙWa annahum yaquuluuna ma laa yaf'aluun
"dan bahwa mereka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?"
اِلَّا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَذَكَرُوا اللّٰهَ كَثِيۡرًا وَّانْتَصَرُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا ظُلِمُوۡا ؕ وَسَيَـعۡلَمُ الَّذِيۡنَ ظَلَمُوۡۤا اَىَّ مُنۡقَلَبٍ يَّـنۡقَلِبُوۡنَ
Illal laziina aamanuu w a'amilus saalihaati wa zakarul laaha kasiiranw wantasaruu mim ba'di maa zulimuu; wa saya'lamul laziina zalamuuu aiya munqalbiny yanqalibuun
"Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan berbuat kebajikan dan banyak mengingat Allah dan mendapat kemenangan setelah terzhalimi (karena menjawab puisi-puisi orang-orang kafir). Dan orang-orang yang zhalim kelak akan tahu ke tempat mana mereka akan kembali."
2 Tipe Penyair
Menurut ayat-ayat di atas, ada dua kondisi atau mungkin tipe penyair, yaitu:2. Penyair yang beriman kepada Allah, yang menuliskan kata-kata terpilih untuk mengingatkan diri dan orang lain akan keagungan Allah, mengingatkan tentang muhasabah dan perbaikan diri, juga menggunakan puisi sebagai media untuk berdakwah.
Maka, sebagai muslim, seorang penyair atau yang Allah beri kelebihan untuk merangkai kata menjadi puisi, akan menjadikan puisi sebagai media untuk mengingatkan terhadap ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, menjadi media refleksi bagi perbaikan diri, dan media berbagi kemanfaatan bagi kehidupan.
Puisi "Hidayah Pun Enggan Singgah" (Nina Gartina)
Seperti puisi berikut ini, kiriman dari sahabat kami, Nina Gartina. Sebuah puisi berjudul "Hidayahpun Enggan Singgah". Sebuah puisi berisi curahan hati mengingatkan diri untuk introspeksi diri, yang pada ujungnya, harapan untuk meningkatnya ketaatan.Hidayah Pun Enggan Singgah
Tertipu angan-angan panjang
Hisab diri
Sebelum tiba mati dan diri minta kembali
Mengapa ayat-ayat ini pergi dari hati?
Berlalu begitu saja setelah ku dengar, jua ku baca
Dosa ini ya dosa ini
Begitu hidayah enggan tuk singgah
Bagaimana ini?
Yakin mau terus bagaimana?
Beribu tanya terus mendera
Menerawang angan pada masa dan dosa
Berharap setiap detik terbukanya hati
Terpatri
Diri terus diperbaiki
Duhai yang Maha Segala
Mohon ampukan segala alfa
Hingga hidayah
Tak enggan singgah
Ulasan Seadanya tentang Puisi Hidayah pun Enggan Singgah
Tertipu angan-angan panjang
Hisab diri
Sebelum tiba mati dan diri minta kembali
Mengapa ayat-ayat ini pergi dari hati?
Berlalu begitu saja setelah ku dengar, jua ku baca
Begitu banyak ayat yang dibaca, atau mungkin dihafal, namun berlalu begitu saja, tanpa berbekas. Mungkin kita faham akan maknanya, namun abai dalam prakteknya dalam kehidupan. Begitu berat untuk mengatakan dan mengamalkan, "sami'na wa atho'na", kami dengar dan kami taat. Yang ada adalah, "sami'na wa 'ashoina", kami dengar dan kami abaikan. Astaghfirullah.
Mengapa ini semua terjadi?
Dosa ini ya dosa ini
Begitu hidayah enggan tuk singgah
Bagaimana ini?
Yakin mau terus bagaimana?
Beribu tanya terus mendera
Semua ternyata gegara dosa. Ya dosa. Begitu bebalnya diri, padahal Allah dengan ayat-ayat-Nya yang begitu agung, banyak mengingatkan. Allah dengan rahman dan rahim-Nya banyak memberi tuntunan, namun kita masih "ngeyel" dengan ayat-ayat-Nya. Kita masih memilih dan memilah, ayat mana yang sesuai dengan nafsu, dan mana yang tidak sesuai. Kita banyak mengambil ayat yang menyenangkan syahwat diri, dan mengenyahkan yang seolah menyusahkan.
Setelah segala tanya terjawab, mengapa kita susah menjalankan apa yang dibaca dari Al Qur'an? Jawabnya ada dalam diri, bahwa kita banyak dosa, bergelimang dalam lumpur kemaksiatan, jauh dari ketaatan. Lalu harus bagaimana?
Menerawang angan pada masa dan dosa
Berharap setiap detik terbukanya hati
Terpatri
Diri terus diperbaiki
Jawabnya: Mengingat segala dosa di masa silam, berharap setiap saat terbuka hati, dan mematri diri untuk memperbaiki diri. Berharap dan memulai langkah untuk menyongsong hidayah dan istiqomah. Selalu memperbaharui niat dan tekad, sebelum tiba kematian, sisa hidup diisi dengan ketaatan.
Namun kita tak berdaya. Kita lemah di hadapan Allah Sang Musta'an. Kita sangat membutuhkan pertolongan dari-Nya. Maka setiap saat kita lantunkan harap melalui doa terbaik kepada Allah Assami'uddu'a.
Duhai yang Maha Segala
Mohon ampukan segala alfa
Hingga hidayahTak enggan singgah
Ya Robb...kami lemah, kami tak berdaya. Kami menginginkan hidup penuh kemuliaan dan wafat dengan penuh keridhoan, maka kuatkan tekad dan langkah kami untuk menyongsong karunia agung-Mu, yakni hidayah dan istiqomah. Bimbing kami menuju syurga-Mu.
Ya Robb ampunkan segala dosa kami.
Masya Allah....semoga coretan sederhana ini menjadi setitik pemantik bagi kita untuk selalu berazzam memperbaiki diri, menyongsong keberkahan karena ketaatan terhadap segala syari'at dari-Nya.
Seputar puisi, ada di www.tuahberkah.com