Segala Persoalan Hidup, Kuncinya ada di Kepala
Membuka sebuah platform media sosial, menemukan sebuah meme menarik. Bunyi meme tersebut adalah " Segala Persoalan Hidup, Kuncinya ada di kepala". Benarkah demikian? Yuk kita bedah dalam postingan sederhana berikut ini.
Saya sajikan sebuah hadits dari Kitab Riyadhus Sholihin yang berkaitan dengan prasangka hamba kepada Robb-Nya.
Hadits ke-1435 tentang Prasangka Hamba terhadap Robb-Nya
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Terjemahnya :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]
Dari hadits ini, kita dapat menyimpulkan :
1. Allah SWT tergantung prasangka hamba-Nya. Artinya, sejauh mana keyakinan seorang hamba terhadap pertolongan Allah, misalnya. Sejauh itu pula pertolongan Allah akan datang.
2. Jika seorang hamba mengingat Allah, maka Allah akan membersamainya. Artinya, si hamba itu akan merasa dekat dengan-Nya, sehingga syahwat nafsunya akan terkendali karena merasa diawasi.
Sekarang apa hubungan hadits itu dengan bahasan kali ini?
Prasangka itu adanya di kepala. Ketika Allah menguji seorang hamba dengan kesulitan ekonomi misalnya, dengan segenap takaran yang disesuaikan dengan kemampuan si hamba itu. Maka solusinya tinggal di si hamba tersebut.
Bukan soal yang jadi masalah, namun jawaban akan soal tersebut yang harus menjadi fokus.
Jika si hamba berbaik sangka kepada Allah, bahwa segala ujian yang ditimpakan Allah kepadanya, sesuai kadar kemampuan dirinya, dan ia berikhtiar dengan doa dan langkah yang tepat, maka pertolongan Allah in sya Allah menghampiri.
Namun sebaliknya, jika sikap si hamba terhadap ujian itu dilampiaskan dengan kemarahan, kekesalan, dan tidak ridho terhadap takdir, maka ini akan membawanya ke lembah kebinasaan.
Begitupun dengan aneka ujian lainnya, baik ujian berupa kepedihan maupun kesenangan. Jika si hamba berprasangka baik kepada Allah Ta'ala, bahwa semua yang terjadi adalah untuk menguji dan meningkatkan taraf keimanan dirinya. Maka semua akan menjadi kebaikan bagi dirinya.
Nabi yang mulia mensabdakan bahwa ajaib sekali urusan mukmin itu. Jika ditimpa kesulitan, ia sabar. Jika ditimpa kesenangan, ia syukur. Sabar dan syukur itu baik bagi dirinya.
Kesimpulannya....
Prasangka baik kepada Allah atas apapun yang menimpa seorang hamba, baik itu berupa kesulitan maupun kesenangan, akan memandu dia menyongsong solusi terbaik atas bimbingan Allah Ta'ala.
Begitu juga sebaliknya, jika ia berprasangka buruk atas takdir yang terjadi pada dirinya, bukan solusi yang menghampiri, melainkan keburukan yang ia dapatkan.
Jadi, segala persoalan hidup, kuncinya ada di kepala. Mau berprasangka baik ataukah buruk dalam menghadapi ujian, semua ada konsekuensinya.
Akhir kalam, semoga kita semua tergolong mukmin yang pandai bersabar atas kesulitan, dan pandai bersyukur atas segala kenikmatan. Aamiin.