3 Tips Sederhana Agar Tidak Terkena Riya dalam Melakukan Amal Soleh
Sebagaimana tersurat dalam QS Al-'Ashr, bahwa setelah memantapkan
keimanan (aqidah), lalu memanifestasikannya dalam amal sholih (syari'ah), lalu saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran (dakwah). Jika semua ini dijalankan secara bersamaan dan berkesinambungan (istiqomah), niscaya kita tidak akan masuk golongan orang yang rugi.
Di sini kita melihat pentingnya beramal solih. Dalam salah satu ayat Al-Qur'an, QS Al-Mulk ayat 2, istilah amal solih disebut dengan "ahsanu 'amala", yang berarti amal yang terbaik.
Untuk bisa dikategorikan menjadi amal sholih atau ahsanu 'amala, ada 2 syarar yang harus terpenuhi, yaitu:
1). Ikhlas
Apapun yang kita lakukan harus dalam rangka pengabdian atau ibadah kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, harus dilandasi ikhlas. Apa itu ikhlas? Secara sederhana Ikhlas adalah melakukan sesuatu pekerjaan atau amal, diniatkan karena Allah dan hanya untuk Allah.
2). Ittiba'
Syarat yang kedua sesuatu pekerjaan disebut amal solih adalah ittiba'. Ittiba' adalah melakukan sesuatu pekerjaan ibadah berdasarkan petunjuk dan contoh dari Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam, baik dalam jenis amal maupun tatacara (kaifiyat) amal itu sendiri.
Atau dalam kata lain tidak melakukan amal ibadah yang baru (bid'ah) yang tidak ditunjukki dan dicontohi Rasulullah.
Jika 2 syarat tersebut terpenuhi, maka amal yang dilakukan, In sya Allah diterima oleh Allah Subhanahu wa ta'ala, dan tergolong ahsanu 'amala (amal terbaik) yang akan beroleh pahala dan keridhoan dari-Nya.
Beramal sholih yang dilandasi keimanan, yang dilakukan secara ikhlas
dan ittiba', adalah kewajiban.
Namun ternyata, selain kewajiban beramal solih, ada lagi kewajiban yang amat penting untuk diperhatikan dan juga dilakukan. Hal tersebut adalah MENJAGA AMAL.
Menjaga Amal dari Ditolak atau Dibatalkan oleh Allah SWT
Suatu amal bisa saja ditolak atau dibatalkan oleh Allah SWT. Kondisi ini terjadi jika amal yang dilakukan disertai RIYA'. Riya adalah amal yang dilakukan tidak ditujukan hanya karena Allah, ada motivasi lain berupa harapan mendapatkan pujian atau penghargaan dari manusia lain.
Memang syetan begitu cerdik masuk ke relung hati manusia. Menggoda manusia agar setiap amal yang dilakukan dibumbui riya, yang dengannya amal itu ditolak oleh Allah SWT. Jika demikian, rugilah si pelaku amal tersebut.
Maka, kewaspadaan dari kerugian ini mesti benar-benar kita perhatikan,
Kapan syetan berusaha menggagalkan amal solih manusia?
1) Di awal amal
Ini titik kritis jebakan syetan. Syetan berusaha membelokkan niat atau motivasi seseorang dalam beramal, dengan berbagai cara yang halus tentunya. Bisa jadi pekerjaannya bagus, namun salah niat. Jika demikian, syetan berhasil menggagalkan pahala amal, dari titik awal.
2) Di tengah amal
Di godaan pertama, mungkin saja seseorang lulus. Niat beramalnya tetah ikhlas, karena Allah. Namun belumlah menjamin dia berhasil melewati godaan berikutnya. Syetan akan berusaha menggoda niat dan keikhlasan manusia dalam beramal, justru ketika amal itu sedang dilakukan.
3) Setelah beramal
Jebakan riya berikutnya, justru ketika amal sudah selesai dilakukan. Di awal dan ketika amal sedang dilakukan, mungkin kita lulus dari jebakan riya. Namun waspada, riya bisa menghampiri ketika amal selesai dilakukan.
Mengingat riya' itu bisa membatalkan amal seseorang, dan mendatangkan kerugian besar, maka sebaiknya kita melakukan langkah-langkah pencegahan timbulnya riya'.
Tips Agar Terhindar dari Riya'
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, atau lebih tepatnya latihan (riyadhoh) agar terhindar dari riya', antara lain :
1. Gunakan prinsip, LAKUKAN dan LUPAKAN
Riyadhoh yang pertama, lakukan suatu amal sebaik mungkin sesuai sunnah Rasulullah, lalu lupakan.
Tanamkan dalam diri, Allah pasti tahu apa yang kita lakukan. Itu cukup, tak usah ingin dilihat, disanjung, dan dihargai orang lain.
2. Biasakan berdoa untuk terhindar dari riya, yang merupakan syirik kecil.
Banyak doa yang diajarkan baginda Rasul SAW. Dalam dzikir Al Ma'tsurat, ada doa yang berbunyi : "Allohumma inna na'udzubika min annusyrika bika syai'in na'lamuhu wanastaghfiruka lima
lana'lamuhu".
3. Jika belum terbebas dari riya, terus lakukan amal dan cuek saja
apakah itu dipuji, dihargai, ataupun dimaki orang lain. Allah SWT tahu ikhtiar kita, sejauh mana kesungguhan kita dalam melepas riya dari amal perbuatan.
In sya Allah, pada suatu titik, kita akan terbebas dari penyakit riya, jika kita terus berlatih dan berlatih.
Demikian, semoga bermanfaat. Allahu a'lam.
(Diposting dari HP Nokia 210, HP jadul, yang tentu banyak keterbatasan :))
Di sini kita melihat pentingnya beramal solih. Dalam salah satu ayat Al-Qur'an, QS Al-Mulk ayat 2, istilah amal solih disebut dengan "ahsanu 'amala", yang berarti amal yang terbaik.
Untuk bisa dikategorikan menjadi amal sholih atau ahsanu 'amala, ada 2 syarar yang harus terpenuhi, yaitu:
1). Ikhlas
Apapun yang kita lakukan harus dalam rangka pengabdian atau ibadah kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, harus dilandasi ikhlas. Apa itu ikhlas? Secara sederhana Ikhlas adalah melakukan sesuatu pekerjaan atau amal, diniatkan karena Allah dan hanya untuk Allah.
2). Ittiba'
Syarat yang kedua sesuatu pekerjaan disebut amal solih adalah ittiba'. Ittiba' adalah melakukan sesuatu pekerjaan ibadah berdasarkan petunjuk dan contoh dari Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam, baik dalam jenis amal maupun tatacara (kaifiyat) amal itu sendiri.
Atau dalam kata lain tidak melakukan amal ibadah yang baru (bid'ah) yang tidak ditunjukki dan dicontohi Rasulullah.
Jika 2 syarat tersebut terpenuhi, maka amal yang dilakukan, In sya Allah diterima oleh Allah Subhanahu wa ta'ala, dan tergolong ahsanu 'amala (amal terbaik) yang akan beroleh pahala dan keridhoan dari-Nya.
Setelah beramal, apa lagi yang penting diperhatikan?
Beramal sholih yang dilandasi keimanan, yang dilakukan secara ikhlas
dan ittiba', adalah kewajiban.
Namun ternyata, selain kewajiban beramal solih, ada lagi kewajiban yang amat penting untuk diperhatikan dan juga dilakukan. Hal tersebut adalah MENJAGA AMAL.
Menjaga Amal dari Ditolak atau Dibatalkan oleh Allah SWT
Suatu amal bisa saja ditolak atau dibatalkan oleh Allah SWT. Kondisi ini terjadi jika amal yang dilakukan disertai RIYA'. Riya adalah amal yang dilakukan tidak ditujukan hanya karena Allah, ada motivasi lain berupa harapan mendapatkan pujian atau penghargaan dari manusia lain.
Memang syetan begitu cerdik masuk ke relung hati manusia. Menggoda manusia agar setiap amal yang dilakukan dibumbui riya, yang dengannya amal itu ditolak oleh Allah SWT. Jika demikian, rugilah si pelaku amal tersebut.
Maka, kewaspadaan dari kerugian ini mesti benar-benar kita perhatikan,
Kapan syetan berusaha menggagalkan amal solih manusia?
1) Di awal amal
Ini titik kritis jebakan syetan. Syetan berusaha membelokkan niat atau motivasi seseorang dalam beramal, dengan berbagai cara yang halus tentunya. Bisa jadi pekerjaannya bagus, namun salah niat. Jika demikian, syetan berhasil menggagalkan pahala amal, dari titik awal.
2) Di tengah amal
Di godaan pertama, mungkin saja seseorang lulus. Niat beramalnya tetah ikhlas, karena Allah. Namun belumlah menjamin dia berhasil melewati godaan berikutnya. Syetan akan berusaha menggoda niat dan keikhlasan manusia dalam beramal, justru ketika amal itu sedang dilakukan.
3) Setelah beramal
Jebakan riya berikutnya, justru ketika amal sudah selesai dilakukan. Di awal dan ketika amal sedang dilakukan, mungkin kita lulus dari jebakan riya. Namun waspada, riya bisa menghampiri ketika amal selesai dilakukan.
Mengingat riya' itu bisa membatalkan amal seseorang, dan mendatangkan kerugian besar, maka sebaiknya kita melakukan langkah-langkah pencegahan timbulnya riya'.
Tips Agar Terhindar dari Riya'
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, atau lebih tepatnya latihan (riyadhoh) agar terhindar dari riya', antara lain :
1. Gunakan prinsip, LAKUKAN dan LUPAKAN
Riyadhoh yang pertama, lakukan suatu amal sebaik mungkin sesuai sunnah Rasulullah, lalu lupakan.
Tanamkan dalam diri, Allah pasti tahu apa yang kita lakukan. Itu cukup, tak usah ingin dilihat, disanjung, dan dihargai orang lain.
2. Biasakan berdoa untuk terhindar dari riya, yang merupakan syirik kecil.
Banyak doa yang diajarkan baginda Rasul SAW. Dalam dzikir Al Ma'tsurat, ada doa yang berbunyi : "Allohumma inna na'udzubika min annusyrika bika syai'in na'lamuhu wanastaghfiruka lima
lana'lamuhu".
3. Jika belum terbebas dari riya, terus lakukan amal dan cuek saja
apakah itu dipuji, dihargai, ataupun dimaki orang lain. Allah SWT tahu ikhtiar kita, sejauh mana kesungguhan kita dalam melepas riya dari amal perbuatan.
In sya Allah, pada suatu titik, kita akan terbebas dari penyakit riya, jika kita terus berlatih dan berlatih.
Demikian, semoga bermanfaat. Allahu a'lam.
(Diposting dari HP Nokia 210, HP jadul, yang tentu banyak keterbatasan :))