Kepada yang Menunda Berdakwah, Pelajaran dari Kisah Afif bin Qays
KEPADA YANG MENUNDA BERDAKWAH: PELAJARAN DARI KISAH AFIF BIN QAYS
(Diceritakan ulang dari hasil ngaji kuping pada Syaikh Ahmad ash-Shufi dengan beberapa tambahan dari beberapa sumber lain)
Saat Fathul Makkah, semua orang bergembira. Yaumul Marhamah. Orang-orang berbondong-bondong masuk Islam. Tapi ada seseorang yang menangis. Namanya Afif bin Qays. Lelaki ini dilanda penyesalan yang teramat sangat.
.
Flash back ke lebih dari 20 tahun sebelum Fathul Makkah.
.
Afif bin Qays, seorang pedagang dari Kinda, berkunjung ke Makkah untuk berhaji. Di Makkah dia menemui seorang sahabatnya, yaitu Abbas bin Abdul Muthalib. Saat bersama Abbas itulah Afif bin Qays terkesima melihat 3 orang yang sedang mengerjakan shalat di dekat Ka'bah. Seorang lelaki sebagai imam; seorang anak kecil di samping kanannya, dan seorang perempuan di belakangnya. Mereka shalat bersama.
Ia lalu berkata kepada Abbas,
"Ya Abbas, amrun adziim, ini perkara yang agung"
"Begitulah", jawab Abbas.
"Siapa orang-orang itu? tanya Afif lagi.
"Pria itu Muhammad bin Abdullah, keponakanku. Si kecil itu Ali, keponakanku juga. Dan yang perempuan adalah isteri Muhammad, Khadijah", jawab Abbas. Lalu dia melanjutkan kira-kira begini,
"Muhammad memberitahuku bahwa Allah, Rabb langit dan bumi, telah mengutusnya dengan agama ini, dan mengklaim bahwa istana Kisra dan Qaisar akan ditaklukkan untuknya; dan demi Allah, tidak ada yang mengikuti agama ini di muka bumi kecuali mereka bertiga itu. ".
Jawaban itu merasuk ke dalam hati Afif. Dia merasakan kebenaran, menjadikannya ingin menjadi orang keempat yang masuk Islam.
Tapi dia tidak segera masuk Islam. Dia disibukkan dengan urusan bisnisnya. Begitu terus hingga 20 tahunan kemudian Rasulullah datang dari Madinah membawa pasukan, menaklukkan Makkah. Saat itulah Afif bin Qays baru masuk Islam. Dan dia menyesal sejadi-jadinya.
Dia kehilangan waktu berharga lebih dari 20 tahun (riwayat lain menyebut 15 tahun). Andainya dulu dia masuk Islam ketika mendapatkan penjelasan dari Abbas, dia bisa menjadi orang keempat yang masuk Islam. Dia mestinya bisa ikut Hijrah, Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq, dsb. Namun kesempatan itu ia sia-siakan. Terlewat begitu saja. Padahal dia telah merasakan kebenaran.
.
Sahabat,
Jangan sampai kita menyesal seperti Afif bin Qays. Jika telah tampak kebenaran di depan kita, mari segera kita ikuti.
Dan jalan dakwah ini, insyaAllah adalah jalan yang akan mengantarkan kita kepada keridloan Allah. Janganlah menunda-nunda untuk bergabung dalam perjuangan mulia.
Orang yang cerdas adalah orang yang sudah bisa melihat ujung dari sebuah perkara sejak di awal pandangan.
[F. Syajo]
(Diceritakan ulang dari hasil ngaji kuping pada Syaikh Ahmad ash-Shufi dengan beberapa tambahan dari beberapa sumber lain)
Saat Fathul Makkah, semua orang bergembira. Yaumul Marhamah. Orang-orang berbondong-bondong masuk Islam. Tapi ada seseorang yang menangis. Namanya Afif bin Qays. Lelaki ini dilanda penyesalan yang teramat sangat.
.
Flash back ke lebih dari 20 tahun sebelum Fathul Makkah.
.
Afif bin Qays, seorang pedagang dari Kinda, berkunjung ke Makkah untuk berhaji. Di Makkah dia menemui seorang sahabatnya, yaitu Abbas bin Abdul Muthalib. Saat bersama Abbas itulah Afif bin Qays terkesima melihat 3 orang yang sedang mengerjakan shalat di dekat Ka'bah. Seorang lelaki sebagai imam; seorang anak kecil di samping kanannya, dan seorang perempuan di belakangnya. Mereka shalat bersama.
Ia lalu berkata kepada Abbas,
"Ya Abbas, amrun adziim, ini perkara yang agung"
"Begitulah", jawab Abbas.
"Siapa orang-orang itu? tanya Afif lagi.
"Pria itu Muhammad bin Abdullah, keponakanku. Si kecil itu Ali, keponakanku juga. Dan yang perempuan adalah isteri Muhammad, Khadijah", jawab Abbas. Lalu dia melanjutkan kira-kira begini,
"Muhammad memberitahuku bahwa Allah, Rabb langit dan bumi, telah mengutusnya dengan agama ini, dan mengklaim bahwa istana Kisra dan Qaisar akan ditaklukkan untuknya; dan demi Allah, tidak ada yang mengikuti agama ini di muka bumi kecuali mereka bertiga itu. ".
Jawaban itu merasuk ke dalam hati Afif. Dia merasakan kebenaran, menjadikannya ingin menjadi orang keempat yang masuk Islam.
Tapi dia tidak segera masuk Islam. Dia disibukkan dengan urusan bisnisnya. Begitu terus hingga 20 tahunan kemudian Rasulullah datang dari Madinah membawa pasukan, menaklukkan Makkah. Saat itulah Afif bin Qays baru masuk Islam. Dan dia menyesal sejadi-jadinya.
Dia kehilangan waktu berharga lebih dari 20 tahun (riwayat lain menyebut 15 tahun). Andainya dulu dia masuk Islam ketika mendapatkan penjelasan dari Abbas, dia bisa menjadi orang keempat yang masuk Islam. Dia mestinya bisa ikut Hijrah, Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq, dsb. Namun kesempatan itu ia sia-siakan. Terlewat begitu saja. Padahal dia telah merasakan kebenaran.
.
Sahabat,
Jangan sampai kita menyesal seperti Afif bin Qays. Jika telah tampak kebenaran di depan kita, mari segera kita ikuti.
Dan jalan dakwah ini, insyaAllah adalah jalan yang akan mengantarkan kita kepada keridloan Allah. Janganlah menunda-nunda untuk bergabung dalam perjuangan mulia.
Orang yang cerdas adalah orang yang sudah bisa melihat ujung dari sebuah perkara sejak di awal pandangan.
[F. Syajo]