Pengertian Kedewasaan dan 4 Pandangan Keliru tentang Kedewasaan
Ada ungkapan, “tua itu pasti, dewasa itu pilihan”. Seiring bertambah usia, maka dipastikan seseorang itu menuju fase tua. Namun, kondisi menuanya usia belum menjamin bahwa seseorang itu makin dewasa. Lalu, apa pentingnya kedewasaan itu?
Ahli-ahli psikologi dan psikiater-psikiater sama-sama setuju: Bahwa tanda atau petunjuk terhadap kesuksesan seseorang ialah pertumbuhannya, atau prestasinya semakin berkembang, dan kematangan emosinya.
Walaupun tidak akan ada orang yang menyangkal kebenaran pernyataan di atas itu, tapi sangat sedikit orang yang mengetahuinya dengan pasti tentang, bagaimana seseorang yang dewasa atau matang itu nampaknya bagaimana dia berpakaian dan berdandan, atau bagaimana caranya menghadapi tantangan dari pekerjaannya, bagaimana tanggung jawabnya terhadap keluarganya, dan bagaimana pandangan hidupnya tentang dunia ini.
Tingkatan perkembangan itu, yang umumnya kita rangkaikan atau sangkutkan sebagai kematangan atau kedewasaan, termasuk kesanggupan untuk berekasi atau mengadakan respons terhadap perangsang atau kejadian, tanpa adanya kecenderungan dari salah satu sikap: BERJUANG atau LARI menghindari problema-problema.
Kalau sudah matang , dia tidak akan terus secara apriori atau bersikap “berjuang” secara emosi, atau melarikan diri dari problema. Tapi dia akan sanggup untuk menghadapi problema-problema itu secara objektif. Keputusan yang akan diambilnya, apakah berjuang atau melarikan diri, sangat tergantung kepada kenyataan realitas yang objektif yang dihadapinya. Bukan karena ketentuan-ketentuan atau kecenderungan-kecenderungan yang sudah ada dan sudah diambil lebih dulu, tanpa melihat dan mempertimbangkan keadaan-keadaan nyata yang ada.
Kepentingannya lebih luas dan lebih dalam lagi daripada hanya soal atau survival saja. Dia akan sanggup menghadapinya, dan melaksanakan pemecahannya, dengan suatu keadaan tidak tergantung, dan dengan suatu perasaan realitas yang kuat. Jadi bagaimana sikap dan caranya menghadapi realitas-realitas yang diamatinya secara objektif.
Nyatanya, kematangan atau kedewasaan itu adalah suatu modal yang sangat berharga. Lalu apa yang disebut kedewasaan itu? Nah ini poin pentingnya.
1) Apakah kedewasaan itu suatu masalah inteligensi?
Tidak! Kedewasaan tidak terlalu berkaitan dengan intelligensi atau kepintaran. Seseorang boleh jadi mampu menghapal di luar kepala buku sejarah dan akhlak Rasulullah SAW, bahkan sampai yang detail, tapi walaupun begitu, dia masih tetap seperti anak-anak dalam perkembangan emosi.
Kita tentu mengetahui akan adanya orang yang jenius, tapi masih tetap seperti anak-anak dalam penguasaan perasaan-perasaannya, dalam keinginannya yang sangat untuk memperoleh perhatian dan cinta dari setiap orang yang ditemuinya, dalam bagaimana caranya untuk memperlakukan dirinya sendiri dan orang lain, dan dalam reaksi dan responsnya terhadap frustasi.
Tetapi keintelekkan pemikiran seseorang, bukanlah halangan untuk perkembangan kematangan emosinya. Malahan bukti-bukti mengatakan sebaliknya. Orang-orang yang lebih cerdas akan cenderung mempunyai perkembangan emosi yang lebih baik dan superior, serta mempunyai penyesuaian dan kematangan social yang lebih baik.
2) Apakah seorang pribadi dewasa selalu bahagia?
Tidak! Berapa orang berfikir, bahwa kedewasaan atau kematangan berarti kebahagiaan. Kematangan atau kedewasaan emosi tidaklah menjamin kebebasan dari kesusahan dan kesulitan. Kematangan emosi dinyatakan atau ditandai dengan bagaimana konflik-konflik dipecahkan, dan bagaimana kesakitan ditangani. Orang yang sudah dewasa memandang kesulitan, bukan sebagai “malapetaka”, melainkan sebagai “tantangan-tantangan”.
3) Apakah tujuan kedewasaan sama bagi setiap individu?
Salah satu definisi kedewasaan menerangkan,” Kedewasaan ialah suatu keadaan maju bergerak kea rah kesempurnaan”. Dalam preposisi itu disebutkan, “ke arah”, bukan “ke”. Kita tidak akan pernah sampai dalam kesempurnaan, tapi kita dapat bergerak maju kea rah itu.
Lebih jauh, perubahan-perubahan dan pertumbuhan dari seorang individu, dalam keadaan dia bergerak maju ke arah kedewasaan itu, mestilah unik menurut keadaannya yang tersendiri. Setiap orang akan melewati orbit kea rah kedewasaannya sendiri, mungkin berbeda dengan orang lain.
4) Apakah tujuan hidup itu sebagai suatu bagian atau “poin” yang tertentu dalam perkembangan?
Salah! Pengertian umum yang keempat ialah, bahwa kedewasaan itu dianggap sebagai suatu point atau titik tertentu dalam garis perkembangan.
Anggapan atau pengertian seperti itu adalah salah. Sesungguhnya kedewasaan itu bukanlah suatu keadaan yang statis. Tapi lebih merupakan suatu keadaan “menjadi” (a state of becoming).
Pengertian ini berguna untuk menjelaskan, mengapa seseorang dapat menangani suatu situasi dengan kedewasaan, tapi menjadi emosional seperti anak-anak dalam menghadapi dan menangani situasi lainnya.
Atau seperti perkataan seorang pengusaha sukses yang mengungkapkan pengalamannya, dan berkata, “ Saya tahu, bahwa saya bertindak dengan kedewasaan dalam pekerjaan saya. Tapi mesti saya akui juga, bahwa saya adalah seorang suami yang belum dewasa dan ayah yang banyak berbuat salah”.
Intinya, kedewasaan ditandai dengan kematangan emosi, kesiapan menghadapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan kesediaan untukl bergerak maju ke arah yang lebih baik.
Semoga artikel ini bermanfaat.
Happy family! (www.abufadli.com)
Ahli-ahli psikologi dan psikiater-psikiater sama-sama setuju: Bahwa tanda atau petunjuk terhadap kesuksesan seseorang ialah pertumbuhannya, atau prestasinya semakin berkembang, dan kematangan emosinya.
Walaupun tidak akan ada orang yang menyangkal kebenaran pernyataan di atas itu, tapi sangat sedikit orang yang mengetahuinya dengan pasti tentang, bagaimana seseorang yang dewasa atau matang itu nampaknya bagaimana dia berpakaian dan berdandan, atau bagaimana caranya menghadapi tantangan dari pekerjaannya, bagaimana tanggung jawabnya terhadap keluarganya, dan bagaimana pandangan hidupnya tentang dunia ini.
Urgensi Kedewasaan
Tingkatan perkembangan itu, yang umumnya kita rangkaikan atau sangkutkan sebagai kematangan atau kedewasaan, termasuk kesanggupan untuk berekasi atau mengadakan respons terhadap perangsang atau kejadian, tanpa adanya kecenderungan dari salah satu sikap: BERJUANG atau LARI menghindari problema-problema.
Kalau sudah matang , dia tidak akan terus secara apriori atau bersikap “berjuang” secara emosi, atau melarikan diri dari problema. Tapi dia akan sanggup untuk menghadapi problema-problema itu secara objektif. Keputusan yang akan diambilnya, apakah berjuang atau melarikan diri, sangat tergantung kepada kenyataan realitas yang objektif yang dihadapinya. Bukan karena ketentuan-ketentuan atau kecenderungan-kecenderungan yang sudah ada dan sudah diambil lebih dulu, tanpa melihat dan mempertimbangkan keadaan-keadaan nyata yang ada.
Kepentingannya lebih luas dan lebih dalam lagi daripada hanya soal atau survival saja. Dia akan sanggup menghadapinya, dan melaksanakan pemecahannya, dengan suatu keadaan tidak tergantung, dan dengan suatu perasaan realitas yang kuat. Jadi bagaimana sikap dan caranya menghadapi realitas-realitas yang diamatinya secara objektif.
Nyatanya, kematangan atau kedewasaan itu adalah suatu modal yang sangat berharga. Lalu apa yang disebut kedewasaan itu? Nah ini poin pentingnya.
4 Hal yang keliru menyangkut kedewasaan
1) Apakah kedewasaan itu suatu masalah inteligensi?
Tidak! Kedewasaan tidak terlalu berkaitan dengan intelligensi atau kepintaran. Seseorang boleh jadi mampu menghapal di luar kepala buku sejarah dan akhlak Rasulullah SAW, bahkan sampai yang detail, tapi walaupun begitu, dia masih tetap seperti anak-anak dalam perkembangan emosi.
Kita tentu mengetahui akan adanya orang yang jenius, tapi masih tetap seperti anak-anak dalam penguasaan perasaan-perasaannya, dalam keinginannya yang sangat untuk memperoleh perhatian dan cinta dari setiap orang yang ditemuinya, dalam bagaimana caranya untuk memperlakukan dirinya sendiri dan orang lain, dan dalam reaksi dan responsnya terhadap frustasi.
Tetapi keintelekkan pemikiran seseorang, bukanlah halangan untuk perkembangan kematangan emosinya. Malahan bukti-bukti mengatakan sebaliknya. Orang-orang yang lebih cerdas akan cenderung mempunyai perkembangan emosi yang lebih baik dan superior, serta mempunyai penyesuaian dan kematangan social yang lebih baik.
2) Apakah seorang pribadi dewasa selalu bahagia?
Tidak! Berapa orang berfikir, bahwa kedewasaan atau kematangan berarti kebahagiaan. Kematangan atau kedewasaan emosi tidaklah menjamin kebebasan dari kesusahan dan kesulitan. Kematangan emosi dinyatakan atau ditandai dengan bagaimana konflik-konflik dipecahkan, dan bagaimana kesakitan ditangani. Orang yang sudah dewasa memandang kesulitan, bukan sebagai “malapetaka”, melainkan sebagai “tantangan-tantangan”.
3) Apakah tujuan kedewasaan sama bagi setiap individu?
Salah satu definisi kedewasaan menerangkan,” Kedewasaan ialah suatu keadaan maju bergerak kea rah kesempurnaan”. Dalam preposisi itu disebutkan, “ke arah”, bukan “ke”. Kita tidak akan pernah sampai dalam kesempurnaan, tapi kita dapat bergerak maju kea rah itu.
Lebih jauh, perubahan-perubahan dan pertumbuhan dari seorang individu, dalam keadaan dia bergerak maju ke arah kedewasaan itu, mestilah unik menurut keadaannya yang tersendiri. Setiap orang akan melewati orbit kea rah kedewasaannya sendiri, mungkin berbeda dengan orang lain.
4) Apakah tujuan hidup itu sebagai suatu bagian atau “poin” yang tertentu dalam perkembangan?
Salah! Pengertian umum yang keempat ialah, bahwa kedewasaan itu dianggap sebagai suatu point atau titik tertentu dalam garis perkembangan.
Anggapan atau pengertian seperti itu adalah salah. Sesungguhnya kedewasaan itu bukanlah suatu keadaan yang statis. Tapi lebih merupakan suatu keadaan “menjadi” (a state of becoming).
Pengertian ini berguna untuk menjelaskan, mengapa seseorang dapat menangani suatu situasi dengan kedewasaan, tapi menjadi emosional seperti anak-anak dalam menghadapi dan menangani situasi lainnya.
Atau seperti perkataan seorang pengusaha sukses yang mengungkapkan pengalamannya, dan berkata, “ Saya tahu, bahwa saya bertindak dengan kedewasaan dalam pekerjaan saya. Tapi mesti saya akui juga, bahwa saya adalah seorang suami yang belum dewasa dan ayah yang banyak berbuat salah”.
Intinya, kedewasaan ditandai dengan kematangan emosi, kesiapan menghadapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan kesediaan untukl bergerak maju ke arah yang lebih baik.
Semoga artikel ini bermanfaat.
Happy family! (www.abufadli.com)