Fatwa Pendiri Nahdhatul Ulama Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari tentang Syi'ah
KH Hasyim Asy'ari jauh-jauh hari telah mewanti-wanti agar nahdhiyyin berpegang teguh kepada Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Setelah menjelaskan tentang keberadaan empat Imam madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali, dalam Risalah fi Ta'akkud al-Akhdzi bi al-Madzahib al-Arba'ah, halaman 29, KH Hasyim Asy'ari mengingatkan, " Selain daripada itu, seperti mazhab Syi'ah Imamiyah dan Syi'ah Zaidiyah, mereka adalah ahlul bid'ah yang tidak boleh berpegang kepada pandangan-pandangan mereka."
Dalam Ziyadat Ta'liqat halaman 24-25, ia juga menambahkan, para ulama berkata, pada saat ini kelompok yang selamat terhimpun dalam madzhab yang empat; Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali. Maka siapapun yang keluar atau di luar empat madzhab itu adalah ahlul bid'ah di masa ini.
KH Hasyim Asy'ari juga mewanti-wanti golongan Syi'ah Rafidhah yang suka mencaci Abu Bakar dan Umar, membenci para sahabat nabi dan berlebihan dalam mencintai Sayidina Ali dan anggota keluarganya. Ia mengutip Sayyid Muhammad dalam Syarah Qamus, sebagian mereka bahkan sampai pada tingkatan kafir dan zindiq.
Masih dalam Muqadimah Qanun Asasi Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy'ari mengutip ungkapan al-Qadhi 'Iyadh dalam kitab Asy-Syifa bi Ta'rif Huquq Al-Musthafa dari Abdillah ibn Mughafal, Rasulullah saw bersabda:
" Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah mengenai sahabat-sahabatku. Janganlah kamu menjadikan mereka sebagai sasaran caci-maki sesudah aku tiada. Barangsiapa mencintai mereka, maka semata-mata karena mencintaiku. Dan barangsiapa membenci mereka, maka berarti semata-mata karena membenciku. Dan barangsiapa menyakiti mereka berarti dia telah menyakitiku, dan barangsiapa menyakiti aku berarti dia telah menyakiti Allah. Dan barangsiapa telah menyakiti Allah dikhawatirkan Allah akan menghukumnya." (HR Tirmidzi dalam Sunan al-Tirmidzi jus V/hal. 696 Hadits No. 3762).
Dengan fatwa tersebut, sikap terhadap Syi'ah telah jelas. Sehingga jika ada warga NU yang membela Syi'ah berarti berlawanan dengan ideologi dan titah sang pendiri.
Sumber: Hepi Andi Bastoni, Majalah Sabiliku, 052015