Dengan Kondisi ini Allah Menginginkan Kita agar Bergantung Hanya Kepada-Nya
Siapapun yang masih normal pemikirannya, pasti akan berpendapat bahwa hari-hari ini kita berada di titik nadir dalam kehidupan kenegaraan.
Siapapun yang masih sehat hatinya, akan merasakan bahwa hari-hari ini kita dihadapkan kepada jebakan kemunafikan. Mau bertahan dengan idealisme, siap-siap dimusuhi. Jika kita mengikuti arus, walau "aman", namun tetap bertentangan dengan hati dan kebenaran.
Sebagai muhasabah, ada baiknya kita baca coretan sederhana ini, semoga menambah kesadaran akan kebenaran, dan berani memperjuangkannya. Lengkapnya bisa Anda baca DI SINI.
Ada ungkapan dalam bahasa latin yang sangat terkenal, "Quis custodiet ipsos custides? - Siapa yang mengawasi sang pengawas?", begitu
Bila rakyat tak menemukan keadilan, maka ia mencari penegak keadilan, tapi bagaimana bila para penegak keadilan yang tidak adil? Dan ini separah-parah keadaan
Dulu Montesquie punya ide untuk membagi kekuasaan, sebab bahaya nyata yang sangat dirasa ketika kekuasaan itu absolut di tangan raja, maka raja itulah kebenaran
Untuk mencegah korupsi absolut itulah kekuasaan dibagi tiga, pembuat hukum, pelaksananya, dan alat-alatnya. Tapi itu hanya teori, hari ini, demokrasi tak ada beda dengan monarki
Lihat saja, sekarang standar kebenaran hanya penguasa dan sekelilingnya. Sedangkan yang lain, pasti salah. Penegak keadilan hanya jadi alat mempertahankan kekuasaan
Belajarlah pada kasus ujaran kebencian atau konten negatif, yang sekarang sedang hits, atau narasi radikalisme, tuduhan anti negara, anti pancasila yang terus digemakan
Hukum, bukan digunakan untuk mengantarkan keadilan. Tapi untuk memberangus siapapun yang mengancam kekuasaan. Pasal bisa ditarik ulur, aparat bisa diperintah
Lalu apa bedanya keadaan ini dengan kerajaan-kerajaan keji di masa kegelapan Eropa? Hukum adalah penguasa, yang beda dengan penguasa, dihukum
Ada tentara yang sudah jelas pengabdiannya, dihukum karena pendapat istrinya di media sosial. Sementara ada sampah-sampah yang menistakan agama, bebas
Memperingatkan bahaya komunisme, masuk penjara. Menuduh-nuduh, memfitnah, ajaran Islam, jadi pahlawan, hanya karena penguasa mendukungnya
Panjang dan takkan selesai bila list ketidakadilan ini dilanjut. Tapi tak mengapa, rupaya Allah ingin rakyat Indonesia untuk mengadu pada-Nya, meminta keadilan pada-Nya
Ketimbang berharap pada penguasa dan penegak hukumnya, yang diam terhadap seluruh ketimpangan, yang nyaman dengan semua tontonan ketidakadilan
Semua ada masa berlakunya, termasuk kedzaliman. Dan tak ada balasan dari kedzaliman, kecuali penyesalan dan derita di dunia, serta sengsara tanpa harap di akhirnya