Sibuk Mencari Riya dan Takabbur
Sibuk Mencari Riya dan Takabbur. Anehkah dengan judul di atas? Bila itu yang anda fikirkan, baca lanjutan ceritanya. Sebuah tulisan ringan dari seorang muallaf yang aktif menjadi pengemban dakwah.
Selengkapnya bisa Anda baca t.me /felixsiauw
Ciri yang beriman
Paradoks memang, tapi tiap mereka yang punya iman, ditanya "Apakah engkau beriman?" Pasti akan galau. Dijawab "Iya" mereka khawatir, dijawab "Tidak", malah lebih parah
Sebab keimanan itu menyuruh pemiliknya untuk punya dua sikap, berharap dan khawatir. Berharap Allah ridha padanya, tapi khawatir berat kalau Allah tak ridha
Dia takkan mengutamakan dirinya, memuji dan mensucikan dirinya, sebab dia terus-menerus mencurigai dirinya. Dia lebih takut, dia termasuk mereka yang justru penjahat
Syaikh Ahmad Ar-Rifa'i, seperti penuturan Syaikh Ramadhan Buthi, seorang alim yang tinggi ilmunya, bila mengajar murid-muridnya selalu berkaya
Nasihatnya, "Aku akan dikumpulkan dengan Fir'aun, Namrud dan Hamman, jika aku memandang diriku lebih baik daripada siapapun diantara kalian", masyaAllah
Maka iman akan menyebabkan diri kita memandang Muslim yang lain dengan pandangan rahmah. Tapi selalu mencurigai dan menelisik diri sendiri, keras pada diri kita
Mereka yang beriman, dia tak bisa menjamin surga Allah padanya, bagaimana mungkin dia bisa memastikan neraka bagi orang lainnya, ini akhlak mereka yang beriman
Mereka yang beriman, terus mencari riya dan takabur dalam hatinya, ia tersibukkan dengan aib-aib dirinya sendiri, hingga tak sempat mencari-cari aib orang lain
Bila melihat yang lebih tua, ia menganggapnya sudah lewati fitnah yang belum ia lewati. Bila bertemu yang muda, maka ia kagumi sedikitnya dosa yang baru diperbuatnya
Mereka yang sudah selesai dengan dirinya, akan lembut pada sesamanya. Mereka yang tenang dari rumahnya, takkan dikuasai amarah sejadi-jadinya, alhamdulillah
Salam