5 Hadits tentang Sifat-sifat Ulama Akhir Zaman
Di tengah banyaknya fitnah, yang mendera umat Islam, yang datang dari kaum kafir dan kaum munafik. Ditambah kondisi para "ulama" yang mendiamkan kemunkaran, dan seolah melegitimasi kemunkaran dan kezaliman yang dibuat penguasa. Sehingga wajar jika muncul pertanyaan, Masih adakah ulama yang menjadi pewaris para Nabi?
Nabi yang mulia telah banyak menceritakan, melalui sabda-sabdanya, ciri-ciri atau karakter ulama di akhir zaman. Syaikhul Islam, Imam Al-Ghazali, menyebut ulama yang dicirikan oleh Rasulullah itu sebagai ulama su' atau ulama palsu.
Beberapa hadits yang menggambarkan sifat-sifat ulama akhir zaman
Hadits #1
Imam Al-Dailamiy mengeluarkan sebuah riwayat dari Ibnu ‘Abbas ra, bahwasanya beliau berkata: “Rasulullah saw bersabda:
سيكون في آخر الزمان علماء يرغبون الناس في الآخرة ولا يرغبون، ويزهدون الناس في الدنيا ولا يزهدون، وينهون عن الغشيات إلى الأمراء ولا ينتهون
“Akan ada di akhir zaman, ulama yang mendorong manusia pada akherat namun ia tidak terdorong; dan menyuruh manusia zuhud terhadap dunia, namun mereka tidak zuhud (terhadap dunia), dan mereka melarang (manusia) bergaul dengan para pemimpin, namun mereka sendiri tidak dilarang (mereka justru bergaul dengan penguasa)”.[HR. Imam Al-Dailamiy]
Hadits #2
Imam Al-Dailamiy mengeluarkan sebuah hadits dari ‘Umar bin al-Khaththab ra, bahwasanya beliau berkata, “Rasulullah saw bersabda:
إن الله يحب الأمراء إذا خالطوا العلماء، ويمقت العلماء إذا خالطوا الأمراء، لأن العلماء إذا خالطوا الأمراء رغبوا في الدنيا، والأمراء إذا خالطوا العالم رغبوا في الآخرة
“Sesungguhnya Allah mencintai para pemimpin, jika mereka mencampuri para ulama, dan Allah swt membenci ulama, jika mereka mencampuri para penguasa. Sebab, ulama jika mencampuri para pemimpin, berarti mereka berhasrat kepada dunia. Para pemimpin jika mencampuri orang alim, berarti mereka berhasrat kepada akherat”.[HR. Imam Al Dailamiy]
Hadits #3
Abu Amru al-Madaainiy di dalam Kitab al-Fitan,mengeluarkan sebuah hadits dari al-Hasan, bahwasanya beliau berkata, “Rasulullah saw bersabda:
لا تزال هذه الأمة تحت كنف الله ويده، ما لم تمالى قراؤها أمراءها
“Umat ini akan selalu berada di bawah Pelukan Allah dan TanganNya, selama para pembaca al-Qurannya tidak condong kepada para pemimpinnya”.[HR. Imam Al-Dailamiy dalam Al-Firdaus]
Hadits #4
Imam Al-Hakim mengetengahkan sebuah riwayat, beliau menshahihkan hadits ini, dari ‘Abdullah bin al-Syakhiir ra, bahwasanya beliau berkata, “Rasulullah saw bersabda:
أقلوا الدخول على الأغنياء، فإنه أجدر ألا تزدروا نعمه
“Persedikitlah mendatangi orang-orang kaya, sesungguhnya kalian lebih pantas untuk tidak mengabaikan nikmat-nikmatNya”.[HR. Imam Al Hakim]
Hadits #5
Al Hakiim al-Tirmidziy , di dalam Kitab Nawaadir al-Ushuul, menuturkan sebuah hadits dari ‘Umar bin al-Khaththab ra, bahwasanya beliau berkata:
أتاني رسول الله صلى الله عليه وسلم وأنا أعرف في وجهه الغضب، فأخذ بلحيته، فقال: إِنّا لِلَّهِ وَإِنّا إِلَيهِ راجِعون أتاني جبريل آنفاً، فقال لي: إن أمتك مفتتنة بعدك بقليل من الدهر غير كثير، قلت: ومن أين ذلك!؟ قال: من قبل قرائهم وأمرائهم، يمنع الأمراء الناس حقوقهم، فلا يعطونها، وتتبع القراء أهواء الأمراء قلت: يا جبريل! فبم يسلم من يسلم منهم؟ قال: بالكف والصبر، إن أعطوا الذي لهم أخذوه وإن منعوه تركوه
“Rasulullah saw mendatangiku, dan aku mengetahui ada kemurkaan di wajah beliau saw. Kemudian beliau menggenggam jenggotnya, seraya bersabda, “Sesungguhnya kami adalah milik Allah swt, dan kami akan kembali kepadaNya. Malaikat Jibril mendatangiku tiba-tiba. Lalu, Ia berkata kepadaku, “Sesungguhnya umatmu akan terkena fitnah setelahmu, pada sedikit dari waktu, tidak banyak”. Saya bertanya, “Dari mana fitnah itu datang? Malaikat Jibril as menjawab, “Dari arah para pembacanya dan pemimpin-pemimpinnya yang tidak memberikan kepada manusia hak-hak mereka. Para penguasa itu tidak memberikan hak-hak manusia, dan ulama mengikuti penguasa-penguasa itu”. Saya bertanya, “Ya Jibril, dengan cara apa orang yang ingin selamat bisa selamat dari mereka? Jibril as menjawab, “Menahan diri dan bersabar. Jika mereka (penguasa-penguasa) memberikan apa yang menjadi hak-hak manusia, maka ambillah. Jika mereka tidak memberikannya, maka tinggalkanlah hak itu!”. [HR. Imam Ibnu Abiy ‘Ashim di dalam Kitab al-Sunnah, dan Imam Ibnu Jauziy di dalam al-‘Ilal al-Mutanahiyah]. (Gus Syams)
Ketika ulama memiliki karakter seperti yang disitir oleh Baginda Nabi shalallahu 'alahi wassalam di atas, maka pada hakikatnya mereka sudah menanggalkan status keulamaannya.
Bukankah ulama itu adalah siapa saja yang takut kepada Allah? Sedangkan mereka yang disebut ulama itu banyak yang bermesra-mesra dengan penguasa, menjadi pembenar segala kebijakan penguasa, walau harus mengorbankan akidahnya. Jauh dari rasa takut kepada Sang Maha Menguasai. Na'udzu billahi min dzalik.
Catatan :
Disadur oleh akhi Heri Herlambang dari Kitab Maa Rawaahu al-Asaathiin fiy ‘Adam al-Maji` ila al-Salaathiin (Riwayat-riwayat Yang Dituturkan Para Pengabdi Ilmu Untuk Tidak Mendatangi Para Penguasa), karya Al-Hafidh Jalaal al-Diin As Suyuthiy Asy Syafi’iy.