Jawaban Uqdatul Kubra dalam Untaian Puisi Sunda Karya Tubagus Muhammad Sulaeman
Uqdatul Kubra dalam Untaian Puisi Sunda Karya Tubagus Muhammad Sulaeman. Menjadi sebuah kesenangan sekaligus kenangan bagi saya untuk kembali membuat postingan tentang puisi. Dua dekade ke belakang, pernah beraktivitas dalam sebuah komunitas sastra, termasuk di dalamnya membuat dan membacakan puisi. Yah, ini hanya postingan sederhana saja, walaupun tema puisi yang dibahas kali ini cukup berat, uqdatul kubra ( simpul besar ) kehidupan.
Tentang puisi
Sebelum ke inti bahasan tentang uqdatul kubra, kita telisik dulu makna puisi. Menurut pemahaman saya, puisi adalah seni mengolah kata dan kalimat, yang menyentuh hati, dan membakar semangat. Puisi adalah ungkapan gelora jiwa, menghantar kepada kesadaran hidup dan kehidupan. Puisi adalah salah satu cara memahamkan sebuah hakikat perjalanan hidup, dirangkai dengan kata dan kalimat penuh makna, yang terkadang tidak semua orang bisa memahaminya dengan tepat.
Tentang Uqdatul Kubra
Saya kutip dari buku " Materi Dasar Islam: Islam Mulai Akar Hingga Daunnya", penjelasan mengenai uqdatul kubra adalah sebagai berikut :
Pada saat manusia beranjak dewasa yang ditandai kesempurnaan akalnya, sejak itu ia mulai berfikir tentang keberadaannya di dunia ini. Ia mulai berfikir tentang beberapa pertanyaan mendasar yang sangat perlu, bahkan harus dijawab.
Jawaban tersebut akan menjadi landasan kehidupan pada masa-masa selanjutnya. Selama masalah ini belum terjawab, selama itu pula manusia seolah "tersesat" tanpa tujuan jelas dan tidak akan berjalan di dunia ini dengan tenang.
Karena sifatnya yang demikian, beberapa pertanyaan pokok dan mendasar ini sering disebut sebagai "uqdah al-kubra" ( simpul besar ), yang meliputi :
1. Dari manakah manusia dan kehidupan ini?
2. Untuk apa manusia dan kehidupan ini ada ?
3. Akan kemana manusia dan kehidupan setelah ini?
Jika pertanyaan-pertanyaan ini terjawab maka seseorang akan memiliki landasan kehidupan sekaligus tuntunan dan tujuan kehidupannya, terlepas dari jawabannya benar atau salah. Selanjutnya ia berjalan di dunia ini dengan landasan tersebut; berekonomi dan berbudaya berdasar "landasan" tersebut, bahkan ia akan mengajak orang lain dan kaum lain agar mengikuti "landasan" tersebut. Demikian pengertian singkat uqdatul kubra.
Jawaban Uqdatul Kubra dalam Puisi Sunda Karya Tubagus Muhammad Sulaeman
Tubagus Muhammad Suleman, beliau adalah Ketua LSM Gema Pepeling'SS ( Gerakan Masyarakat Peduli Pendidikan Lingkung Seni Budaya Sunda), juga pendiri Lembaga Ikatan Jurnalis Muslim Indonesia (IJMI).
Berikut adalah salah satu puisi Sunda yang dikarang beliau dalam bukunya yang berjudul " Eunteung Diri", yang berbicara mengenai hakikat dan orientasi kehidupan. Bagi orang Sunda, in syaa Allah faham. Afwan, maaf, bagi pembaca blog ini yang kebetulan tidak faham Bahasa Sunda, bisa diakali dengan diterjemahkan ke bahasa yang antum fahami, dengan Google Terjemahan Sunda.
HIRUP NINGALI KA LUHUR
di alam dunya hirup urangpinuh ku kasieun tur ka hariwangsok inggis panggih jeung tunggaraantukna hilap ka wiwitanana
ti mana urang asalnarek naon hirup di dunyarek mulang urang ka manateu kersa ngadangu pepelinghirup kurulang kuriling
kawas nu bakal hirup satungtung dunyadugi ka hilap kana dirinagunung dijugjug sagara dipujanu lain dienya-enya
ngalanggar kodrat nu saestunajanten linglung dina hirupnanu diudag ukur dunyabari jeung taya rido-Na
kufur ni'mat salalawasnaaral dina kecap tur ucapnahirup ningali ka luhurahirna ti gejebur
kana jurang kanistaan teabongan teu daek narimahirup asa pangsangsaranaboh lahirna boh batinna
pareumeun obor dina hatenanu katempuhan awak sakujurnabongan teu hade lampahnateu daek narima kana kanyataanna
moal aya nu tiasa nulunganlintang ti diri urang sorangantobat mulih ka fitrahnaka Nu Maha Welas tur Asih ka makhlukna
Semoga puisi Sunda di atas menjadi gambaran jawaban terhadap 3 pertanyaan besar di atas, yang akan menjadi landasan berpijak dan melangkah kita dalam kehidupan ini. Bagi anda yang penasaran bagaimana pemecahan masalah uqdatul kubra yang benar menurut Islam, tentu harus melalui kajian khusus (halaqoh), yang menjadikan pemikiran kita terbimbing dengan cahaya Islam.
Selamat memperbaiki diri! (www.abufadli.com)